Menulis tak ubahnya seperti sebuah perjalanan hidup. Mengalir seperti itu saja. Adakalanya kita memaksakan diri untuk menjadi penulis. Lain waktu, hanya membalas chat teman saja susahnya bukan main. Perkara menulis dengan membalas chat sebenarnya tidak berkolerasi seimbang. Tapi ini kami gunakan sebagai analogi betapa menulis itu sesekali menjadi berat untuk dilakukan. Kami sadar bahwa segala yang berawal dari sesuatu yang dipaksakan sangat sulit berjalan selanjutnya.
Menulis bukan perkara yang seperti mudah dilihat tetapi sulit dipraktekan. Menulis hanya perlu dilatih. Pada awalnya kami pun sama, tidak memiliki pengalaman kepenulisan sebelumnya. Hanya seiring berjalannya waktu, semakin banyak tulisan yang kami tularkan dalam secarcik kertas, atau hanya post post media sosial yang lambat laun membuat kami terbiasa untuk menuangkan buah pikiran.
Baiklah, sekarang sebenarnya apa yang bisa dilakukan agar menulis menjadi lebih mudah. Perlu diingat bahwa menulis bisa dibilang keahlian primitif. Orang-orang sebelum kita dahulu banyak menuangkan buah pikiran mereka dalam sebuah tulisan. Hanya yang membedakan mungkin jenis tulisannya saja yang berbeda dengan kita dizaman sekarang. Tulisannya hanya berupa relief-relief yang mengandung arti. Art bagi yang memahaminya. Kemudian tulisan itu berubah menjadi tulisan tulisan yang kita kenal sekarang. Aksasara-aksara yang kita sedang baca sekarang ini, berupa alfabetic telah berkembang dari tulisan tulisan sederhana yang tidak bisa kita kenal sekarang ini.
Lain waktu kita mengenal tradisi tulis dari para orang-orang setelahnya, yang karya-karyanya bisa kenal sampai sekarang. Hasil tulisan itu dituangkan dalam sebuah buku yang abadi dan dijaga baik melalui tradisi menulis ulang, atau karena kemudian disebar luaskan melalui media lainnya. Nah, Tradisi tulis menulis semakin berkembang terutama setelah beberapa media elektronik ditemukan, orang bisa menyebrkan karya pikirnya melalui tulisan di media, maupun kanal lainnya yang banyak dibaca orang.
Nah, saya sendiri lebih banyak menuangkan tulisan pada awalnya melalui sebuah buku, kadang saya sendiri menulis apa saja yang ada dipikiran, seperti kegiatan sehari-hari, atau corat coret belanjaan. Nah kebiasaan kebiasan tersebut lambat laun membuat saya menjadi terbiasa untuk menuliskan buah pikir. Menulis jangan dipaksakan tapi dibiasakan. Saya sendiri membuat blog ini mungkin sebagai wasilah untuk melatih belajar menulis. Menulis kecil-kecilan.
Ada beberapa tips yang bisa dibilang saya dapatkan hasil dengar-dengar dari orang: Pertama, jangan menulis kemudian membacanya, sebelum tulisan di selesaikan. Bagi saya ini tidak terlalu berpengaruh, mungkin sebagain pembaca ada yang punya pengalaman dengan tips yang pertama ini. Membaca karya sebelum ide pikiran dituangkan, kadang memang sedikit menggangu. Kita suka berpikir, tulisan nya kurang ini, salah disini, nah pikiran seperti ini biasanya akan membuat tulisan kita tidak selesai-selesai. Jadi usahakan menulisnya sampai selesai.
Kedua, tidak ada orang yang menulis langsung terstruktur dan tertata rapi, ini seperti membuat proposal, skripsi, surat, bahkan menulis status di media sosial juga tidak akan langsung bagus, biasakan saja menulis sambil mengalir, seperti melepasakan ide yang ada di dalam otak menjadi bait bait kata. Seiring kita melatih tatacara meletakan kata, diksi yang tepat, dan olah bahasa, ditambah banyak membaca, cara kita menulis insyaallah akan berkembang.
Note, disini penulis bukan seorang yang ahli, hanya menyampaikan buah pikir saja.
Komentar
Posting Komentar