Yang di Rindukan Saat Kuliah hampir Selesai
Kami disini hanya memberikan opini dan perasaan kami sebagai mahasiswa biasa aja yang alhamdulillah diberikan kesempatan kuliah di Ibu Kota Jawa Barat. Tapi lebih tepatnya di daerah yang lebih ke sisi-sisinya lagi. Katakanlah Kota tercinta Jatinangor.
Pertama kami bersyukur, setelah sekian kali berjuang masuk kuliah, akhirnya diberikan kesempatan untuk ikut berjuang dengan ribuan orang lainnya yang diberikan kesempatan seperti kami. Rasa bahagia dan syukur itu adalah hal yang benar-benar terucap dari batin kami yang keterima jalur seleksi masuk kuliah. Bisa jadi pengalaman spiritual ini dirasakan oleh setiap orang yang berharap dengan tulus lalu dikabulkan keinginannya. Ingat dimanapun kita akhirnya ditakdirkan bersekolah, maka disanalah ladang perjuangan kita. Jangan pantang menyerah hanya cita-cita tidak terkabulkan, Karena esensi utamanya adalah tempat kita berjuang.
Tak elak rasa syukur itu akan terus ada dalam diri kami, sehingga tidak ayal jika bermalas-malasan, kami akan teringat dengan jerih payah, dan susah susah dahulu yang dikeukeuh, jangan memubajirkan waktu yang sudah terbuang sejak bertatih taih diawal lalu hanya berleha-leha pada akhirnya, selalu saja jika kami berleha-leha, ada seletingan masuk, "Kamu harus tau, ada orang yang ingin diposisi ini sebelumnya, lalu jangan disia-siakan lah harapan yang diberikan ini!".
Rasa syukur kedua kami adalah diberikan teman-teman, dan shahabat disekeliling yang anda temui, sebenarnya kami adalah makhluk yang pelupa, sehingga butuh orang untuk mengingatkan, dan disini kami senantiasa diingatkan, oleh orang yang berjuang keras setiap malam, oleh mereka yang rela bergadang untuk memperjuangkan cita-cita, dan rela berlapar-lapar jauh dari orang tua demi menuntut ilmu.
Disaat kami lelah, ada orang yang lebih lelah tapi tetap menyemangati kami, mereka tidak terlihat, didepan mata kami, tetapi setiap saat mendoakan, yaitu kedua orang tua. Semangat dan pepatah mereka kadang terwujud melalui perkataan perkataan kaka kelas, dosen pembimbing, atau amang-amang tukang dagang disepanjang jalur.
Lalu bagaimana kami bisa bertahan dalam kesusahan, simpel saja, setiap kami naik kendaraan, yang kami lihat dari jendela angkutan umum idola mahasiswa adalah pengingat kami, orang orang diluar jendela itu adalah alarm kami, bahwa kami dibiayai oleh mereka. Maka tidak elak kami tersadar bahwa semua ini hanyalah titipan yang harus diperjuangakan lagi dan lagi.
Sebenarnya yang paling berharga itu bukan saat, kita lulus kuliah ya, justru saat yang paling menyedihkan adalah saat kita sudah tidak terasa sudah menginjak semester akhir, antara tidak percaya dan cape, tapi tercengang karena esok kita akan sidang, tapi sesekali. Setelah lulus itu, yang paling dirindukan adalah ruang-ruangan, ruang bersama dosen, ruang bersama sahabata, ruangan kosan, ruang angkringan, atau ruang candaan yang akhirnya memudar terbawa waktu.
Kami akhirnya berpesan, dimanapun kuliah, disitu kita berjuang.
Komentar
Posting Komentar