Rabu, 01 Juni 2022: 20: 24 Malam
Menjadi tokoh populer, seorang yang dipandang dan memiliki kewenanngan
adalah mimpi setiap orang, seluruh hasil tersebut adalah jalan yang panjang dan
berliku, dan hanya sedikit saja sejarah hidup dan perjalannya yang kita tahu.
Terkadang ketika kita mengulik tentang keberhasilan seseorang, tidak seluruhnya
terbuka, karena manusia punya sifat curiga. Naluriah tersebut adalah bentuk
pertahanan pertama seorang manusia terhadap terhadap bentuk apappun yang
menggangu nya.
Disisi pihak, perkembangan teknologi sekarang ini telah mendorong
bermunculannya media-media yang mentrasferkan informasi, baik itu bersifat
umum, bahkan informasi pribadi. Banyak sekali tokoh-tokoh yang memeiliki latar
belakang yang populer dan terpandang yang juga menggunakan media-media tersebut
sebagai salah satu saluran untuk berbagi, tips, maupun motivasi untuk sesama.
Mendorong dan mempengaruhi halayak umum. Selain sebagi salah satu sumber
penghasilan media memberi dampak positif dan negatif kepada masyarakat.
Perkembangan tersebut mendorong banyak orang untuk berlomba-lomba
menjadikan siapapun ia, yang terkenal di media-media tersebut, sebagai tujuan
dan panutan. Namun tak jarang juga informasi yang didapat, tidak dilakukan
filter terlebih dahulu, dan secara masif di terapkan di diri penonton,
disinilah influencer memberikan pengaruh besar terhadap tatanan bermasyarakat
dan berindividu. Penyaringan informasi begitu sulit dilakukan terutama untuk
orang-orang yang belum secara pendidikan memiliki pengetahuan yang cukup (awam
dalam teknologi). Sehingga apa yang dilihat itulah yang benar.
Pembenaran tersebut mendorong orang untuk meniru alur, dan proses yang
disampaikan oleh media, tanpa mempertimbangkan apakah, hal yang ditiru tersebut
betul, benar, ataupun sesuai. Setiap informasi tentunya harus mengenai
penyariangan tiga syarat diatas, pertama betul, apakah informasi yang didapat
adalah betul dan benar, berita hoax dan inforasi-informasi yang salah
kadang tersebar lebih luas ketimbang informasi yang benar, mendorong orang
untuk lebih percaya pada trend dan sensasi, dan hal tersebut semakin didorong
dengan kebutuhan industri yang mempertimbangkan, kesukaan para pembaca.
Informasi yang dikemas dengan ragam yang wow, bernada sensai, ajaib,
prahara, dan kerusuhan sangat mudah diterima publik ketimbang informasi
positif. Maka, setiap informasi yang masuk ke media kita haruslah disaring
dengan filter betul dan benar. Saringan kedua adalah sesuai, dimana
alghoritma-alghoritma media, kadang
sedikit yang memiliki kesesuaian dengan pembaca, kadang, alghoritma tersebut
menyarankan sesuatu yang justru tidak sesuai dengan kondisi kita.
Kesesuaian adalah hal yang sangat penting, ketika kita menkonsumsi suatu
informasi dari media, amak sebagai pembaca, kita harus memiliki pemikiran
apakah informasi yang saya dapatkan tersbut akan sesuai dengan kondisi sendiri.
Memandang kesuksesan orang lain di media, tidak lah semudah dibayangkan,
kesuksesan terssbut tidak lah terjadi secara instan, yang justru dibank
penonton adalah kebalikannya, hal tersebut mendorong para penonton untuk
mempraktekannya tanpa mempertimbangkan kesesuaiannya, sehingga bermunculanlah
prkatek praktek penyalahgunaan media, orang terjebak dalam pinjamna-pinjaman
yang berbunga, tertipu dengan hasil perawatan, atau lainnya.
Istilah termakan iklan mungkin lambat laun tergeser dengan termakan
informasi atau ajakan, walaupun keduanya tidaklah berbeda dalam makna. Lalu
kemana kita harus berpijak di masa teknologi sekarang ini, kita adalah manusia
merdeka, manusia yang diberikan kemerdekaan untuk berpikir dan menimbang,
menjadikan diri sebagai pribadi yang pandai menyaring setiap informasi, tak
terbujuk dengan sesuatu yang kebenarnnya belum tentu. Dan kita memiliki panutan
dan tutunan, agama pun mengajarkan kita, untuk berhati-hati dengan setiap tindak
tutur dan prilaku kita, dalam urusan dunia tidak sepantasnya kita terlalu
memandang kepada yang laebih dari kita, kita hanya melihatnya sebatasnya saja.
Dalam urusan dunia, kita memang seharusnya lebih banyak bersyukur, rizki
kita dan rizki orang lain adalah dua hal yang berbeda, suatu hal yang hilang
dari diri manusia, bernama rasa syukur, maka kita akan merasa menjadi manusia
paling kekurangan, sebaiknya dalam urusan akhirat kita harus senantiasa melihat
kepada yang lebih. Agar kita termotivais untuk melakukan banyak kebaikan.
Komentar
Posting Komentar